Yakobus 4 : 4-10
Akhir bulan lalu, kita membahas soal menjadi sahabat Tuhan atau menjadi musuh Tuhan? Saya kira, secara sadar, tidak ada yang berani menjadi musuh Allah, tapi faktanya, saat kita tak hati-hati, kita bisa tergelincir menjadi musuh Allah. Karena ada satu prinsip yang menetapkan kita berada di status itu. Prinsip yang mana? Jika kau bersahabat dengan dunia, secara otomatis, kau menjadi musuh Allah — prinsip yang Yakobus paparkan pada setiap orang Kristen. Jumlah orang yang mengaku diri pengikut Yesus Kristus banyak sekali, tapi yang betul-betul berkenan di hadapanNya sangatlah sedikit. Sama halnya, banyak orang ingin menjadi Presiden, tapi 99.9% dari mereka tak pernah menjadi Presiden. Karena di antara keinginan dan realita terdapat gap yang amat besar, keinginan hanyalah sebuah mimpi, untuk mewujudkannya butuh membayar harga mahal, menempuh jalan yang panjang sekali. Kita ingin menjadi sahabat Tuhan, ingin punya hubungan yang erat dengan Tuhan, tapi kata Yakobus, kalau kau bersahabat dengan dunia, secara otomatis kau adalah musuh Allah — status yang amat mengerikan. Parahnya, saat orang Kristen membaca statemen itu seperti tidak terjadi apa-apa. Karena mereka membaca Alkitab hanya untuk berlomba: siapa yang lebih tahu Alkitab. Celakalah orang yang pengertian kebenarannya hanya stop di kognitif saja, hanya menerimanya sebagai pengetahuan umum saja! Padahal jika kita mengerti dengan penuh kesadaran, dengan rasa takut pada Tuhan, hidup kita akan menjadi berbeda sekali. Karena kalimat-kalimat di Alkitab memang tidak sulit dimengerti, namun di balik statemen itu terkandung kewajiban yang amat berat. Contoh: Yesus berkata pada Petrus, jika kau mengasihi Aku, gembalakanlah domba-dombaKu! Aku mengutusmu bagai domba ke tengah-tengah kawanan srigala. Bisakah kita bayangkan: bagaimana nasib domba itu? Maka barangsiapa mengatakan: aku mau jadi hamba Tuhan; diutus olehNya, bukan sekedar mengenakan jas, disambut dengan baik, melainkan siap untuk dikoyak-koyak oleh kawanan serigala.
Ay.5, tidakkah kamu sadari, Roh Kudus yang ada di hatimu itu cemburu, saat hidupmu tak sesuai dengan kehendakNya. Karena Roh Kudus adalah Roh cemburu yang tidak akan mentolerir dosa. Saat Dia menemukan hatimu menyimpang; tidak setia, Dia akan berduka (Ef.4: 30). Jika kita tahu, kita adalah milik Tuhan, dan Tuhan yang memiliki kita punya rencana atas diri kita, punya standar yang Dia tetapkan bagi hidup kita, menuntut kita setia, tentu kita tidak akan berdosa dengan sesuka hati. Masalahnya, banyak orang berpikir, hari Minggu adalah hari kerja bakti, di mana kita membersihkan semua dosa yang kita tumpuk dari hari Senin sampai hari Sabtu dengan minta ampun padaNya. 500 tahun silam, mimbar gereja sering mengumandangkan statemen "dosamu sudah diampuni". Karena di masa itu, orang Kristen takut dosa mendatangkan hukuman Tuhan atas diri mereka, mereka rindu mendapat jaminan: dosa mereka sudah diampuni. Gereja Katholikpun menawarkan solusi: orang yang ingin dibebaskan dari dosa, harus datang mengakui dosanya secara pribadi pada Pastor, yang kemudian akan membisikkan statemen: dosamu sudah diampuni di telinganya. Mereka melakukannya dan hati mereka merasa lega. Fenomena itu dimanfaatkan oleh gereja Katholik untuk menjual tiket pengampunan dosa: semakin banyak seorang membeli tiket pengampunan dosa, semakin banyak dosanya diperingan. Ajaran yang tidak sejalan dengan Kitab Suci itulah yang merangsang Martin Luther memakukan 95 tesis di gerbang pintu Wittenburg, memprok-lamirkan Reformasi. 100 tahun kemudian, keturunan orang-orang yang menerima doktrin Reformasi, karena salah mengartikan doktrin sola gratia, lalu mementingkan iman, tetapi melalaikan kelakuan, statemen "dosamu sudah diampuni" yang dikumandangkan tiap hari Minggu, membuat hidup orang Kristen yang sudah menikmati kebebasan di dalam Kristus malah tidak bertanggungjawab dalam hidupnya. Karena itu ada ajaran Pietisme: harus hidup suci, punya rasa tanggungjawab pribadi pada Tuhan, perlu lahir baru, sungguh-sungguh ber-iman pada Tuhan, melatih diri dengan disiplin, mengabarkan injil... berkesempatan mem-pengaruhi banyak orang, efek sampingannya: terbentuk gereja kecil di dalam gereja besar, sekelompok orang yang kerohaniannya nampak dari luar mulai menyombongkan diri, menghina orang yang kerohaniannya tidak nampak, dan menyebut mereka sebagai orang Kristen sekuler. Mari kita mawas diri: apakah hidup kita mengikuti prinsip orang berdosa atau prinsip yang Alkitab tetapkan? Kalau duniawi adalah musuh Allah, apakah kita harus hidup terpisah dari dunia? Tidak. Lalu, apa yang dimaksud dengan duniawi? Definisinya sangat luas, setiap orang punya pandangannya sendiri, Alkitab tak pernah menetapkan orang yang melayani harus mengenakan jas, mengenakan dasi. Lalu mengapa kita mengenakan dasi? Karena tradisi. Lagi pula mengenakan dasi juga tidak salah, bukan? Saya dibesarkan di gereja yang kolot luar biasa, tempat duduk di gereja terbagi menjadi dua: bagian untuk pria dan bagian untuk wanita, suami-isteripun tak boleh duduk berdampingan. Tidak boleh membawa makanan dan minuman, tak boleh memasang layar di gereja, bahkan memutar slide pelayanan di tempat lainpun tidak diizinkan. Orang yang bergabung di team PI. tidak boleh mengeriting rambutnya, ada dua orang dikeluarkan dari team PI hanya karena mengenakan lipstik, mereka dianggap duniawi. Wanita harus mengenakan rok panjang yang polos, sehingga pemudi yang berusia 18 tahun diharuskan mengenakan pakaian yang layaknya untuk orang berusia 80 tahun baru dipandang rohani. Kalau anda ingin tahu, tontonlah film the sound of music, yang mengutarakan dua jenis pendi-dikan yang sama sekali bertolak belakang: sang Kapten mengharuskan anak-anaknya disiplin, tapi guru mereka begitu lincah, sampai kain kordenpun dia jadikan kostum menari. Apakah orang alim pasti lebih suci? Tidak tentu, yang pasti adalah lebih kaku. Banyak anak yang kelihatannya alim pergi mencari pelacur, bahkan tak sedikit pula orang yang sudah tua mencari pelacur, dan sesudahnya kembali pada tampangnya yang "rohani". Maka duniawi tidak bisa dinilai dari tampang luarnya. Yesus berkata: Yohanes tidak makan, tidak minum, kamu mengatai dia dirasuk setan, Anak Manusia datang makan dan minum, kamu mengatai Dia rakus, suka minum arak. Maksudnya: penilaian orang terhadap rohaniwan ber-macam-macam, bahkan ada yang berpendapat, hamba Tuhan tak boleh menggunakan barang bagus. Jonathan Edwards dikucilkan dari gereja, hanya karena isterinya membeli seperangkat sendok garpu perak. Penulis riwayat hidup Jonathan Edward mengatakan: secara tidak sadar, mereka telah mengeluarkan seorang pemikir terhebat di sejarah Amerika. Kali pertama Billy Graham berkhotbah di
Bagaimana kita bisa bersahabat dengan Tuhan? Jangan membuat Roh Kudus berduka atau cemburu; cemburu ilahi, seperti yang Paulus katakan di 2 Kor., cemburuku padamu bagai cemburu Ilahi, karena aku telah menjodohkanmu dengan Kristus, Pengantin pria, hendaklah kamu setia padaNya. Jangan sampai tergoda oleh ular dan hilanglah hatimu yang simplicity; sederhana: hanya mengarah pada satu arah, tidak bercabang hati — tanda dari kesucian hatimu. Blessed are those who are pure hearted, karena mereka akan nampak Allah dengan mata rohani mereka — khotbah Yesus di Mat. 5. Bagi Soren A. Kierkegaard, a pure hearted man is a one hearted man, hanya punya satu arah, hanya hidup untuk Tuhan, hanya memuliakan Dia, hanya memperkenan Dia. Jadi, suci bukan merupakan kuantitas yang bisa ditambah-tambah, melainkan suatu kualitas yang hanya punya satu arah: seluruh hidupnya hanya untuk Tuhan, selanjutnya semua kuanitas kesucian hiduppun dia miliki. Tuhan menjadi nahkoda yang membawa dia keluar dari segala godaan, berjalan di dalam rencana-Nya yang kekal. Begitu simple, one hearted, one direction, one Lord, one eternal planning to delight Him. Setelah kita memahami ayat-ayat ini, tentu tidak sulit lagi untuk memahami bagian selanjutnya: harus memihak. Memang tidak gampang, butuh keberanian yang besar. Karena saat kau memihak, kau harus siap hati untuk dijadikan musuh oleh pihak lawan. Kata Martin Luther, rasio adalah pelacur. Saat kau mendengar seorang menyampaikan ideologi yang self sufficient, kau menyimpulkan: betul. Tapi saat kau mendengar pihak lawan memaparkan fakta-fakta yang cukup, kau menganggap dia juga betul. Saat orang lain memberikan pandangan umumnya: it is not possible, that everything is right. kau merasa dia juga betul. Itulah orang yang tidak berpendirian, berusaha menyenangkan semua pihak.
Ay. 8b-9, tak ada catatan lain di Alkitab yang mengajak kita membersihkan diri dan mengubah sukacita menjadi dukacita; berdukacita bagi dosa kita, suatu ajakan untuk mengoyak-ngoyak hati, bukan untuk mengoyak-ngoyak baju, agar kita membersihkan diri dan sungguh-sungguh berpaling pada Tuhan. Kiranya Tuhan memberkati kita, menjadi orang yang berdiri di pihak kebenaran dengan setia, tunduk pada Tuhan, berani melawan iblis.
(Ringkasan khotbah ini belum diperiksa oleh pengkhotbah - EL)