Jangan Lupa Memberi Bantuan
11.16Di jaman Daud, orang Israel memiliki tabut tapi tak memiliki Bait Allah, sedangkan di jaman Herodes, mereka memiliki Bait Allah tapi tak memiliki tabut. Akan tetapi mereka masih mempunyai mezbah, tempat imam mempersembahkan korban-korban pada Tuhan, tapi tujuh puluh tahun setelah Yesus lahir, Bait Allah yang dibangun Herodes yang belum genap empat puluh puluh tahun dipakai, sudah Tuhan biarkan musnah bersama kota Yerusalem dan bangsa Yahudi, tak ada satu batu yang melekat di atas batu lain. persis seperti nubuat Yesus Kristus: jangan kau membanggakan Bait Allah yang agung ini, dengan sesungguhnya Aku berkata kepadamu, suatu hari nanti, tak ada satu batu yang melekat di atas batu lain. Yerusalem, Yerusalem, kau akan menjadi reruntuhan. Aku pernah menangisimu, berkali-kali ingin menghimpunmu, bagaikan induk ayam menghimpun anak-anaknya di bawah naungan sayapnya tapi kau tidak mau. Lebih tragis lagi, di th. 73, A.D., seribu lebih tentara Israel yang tersisa juga melakukan bunuh diri massal di dataran tinggi Masada, karena tak seorangpun mau menyerah pada tentara Romawi. Jadi, sejak th. 70, orang Yahudi tak punya negara, tentara, imam, nabi, raja, tak lagi memberikan korban pada Tuhan, tetapi penulis Ibrani mengatakan: mari kita memberikan korban-korban yang diperkenan Tuhan:
1. korban syukur: saat kau menderita bagi Tuhan, menderita bagi firmanNya, saat
dianiaya karena melakukan kebenaran, saat kepalamu harus dipenggal karena
mulutmu mengaku Kristus sebagai Tuhanmu, syukur yang kau naikkan adalah korban yang
sejati. Tuhan menginginkan korban syukur dari mulut setiap orang yang mengaku diri
Kristen, adakah kita justru bersungut-sungut, mengomel, merasa tidak puas padaNya?
Mari kita bersyukur dan bersyukur untuk anugerah yang sudah kita terima, doakan
dan tolonglah mereka yang belum menerima anugerah.
2. korban melakukan kebajikan. Dua minggu lalu kita sudah membahas Mikha 6:8. Kebajikan belum pernah Alkitab pandang sebagai benih yang membuahkan
hidup kekal, seperti yang diajarkan oleh semua agama: manusia berdosa bisa
menutup dosanya dengan kebajikan, bisa menukar kebajikan dengan anugerah
keselamatan yang dari Allah, tapi kekristenan selalu mengategorikan perbuatan bajik sebagai buah, bukan benih keselamatan. Tuhan sudah menyatakan pada kita, apa itu kebajikan: melakukan keadilan, mencintai kemurahan... Jika seorang menjalankan keadilan dengan tegas tapi tidak mempunyai kemurahan atau di sisi yang lain murah hati tapi selalu berkompromi dengan dosa, dia belum melakukan kebajikan seturut standar Allah. Membuat keduanya seimbang butuh bijaksana sorgawi, sulit luar biasa namun mendatangkan kuasa yang ajaib, membawa orang bertobat. Setelah kau berhasil membuat keduanya seimbang, Tuhan berkata, kau harus rendah hati: merasa diri tidak layak, hanyalah anugerah Tuhan yang memungkinkan, juga harus berjalan bersamaNya.
3. korban memberi bantuan. Sungguh sangat menarik: karena di ayat ini istilah yang dipakai untuk memberi bantuan adalah koinonia bukan diakonia. Artinya: Jangan membantu orang dengan perasaan diri lebih tinggi darinya. Karena perlakuan seperti itu menandakan kau sambil memberi bantuan fisik sambil menyiksa batinnya. Itulah kelemahan para dermawan: sambil menolong orang sambil menumpuk jasa, reputasi diri. 2400 tahun yang lampau, di dalam buku zhan guo chi terdapat sebuah cerita: seorang miskin yang sangat kelaparan berjalan di tengah-tengah sebuah kamp, di mana banyak orang berseru minta bantuan, tiba-tiba dia mendengar seorang kaya berseru pada seseorang “hai, makanlah” tapi jawab orang ini “sekalipun aku mati, aku tidak sudi makan makananmu” Kawannya bertanya “bukankah kau lapar sekali, mengapa menolak makanan yang dia berikan?” “bu chijie laichi; aku tidak makan makanan yang disodorkan oleh orang yang memandangku bagai anjing. Karena aku adalah manusia” dia tidak sudi makan makanan dari orang yang memandang rendah dirinya. Jangan lupa, orang yang miskin hanyalah orang yang kantongnya kempes, tapi jiwanya belum tentu kempes. Karena orang yang saat ini miskin, siapa tahu tiga puluh tahun kemudian, keturunannya menjadi orang kaya, sedang keturunanmu mungkin menjadi pengemis. Tak seorangpun berhak menghina orang lain. Beberapa bulan ini saya sangat bersyukur pada Tuhan, karena saya harus sering meninggalkan rumah karena pekerjaan Tuhan, nyonya saya juga kadang tidak di rumah, siapa yang menjaga rumah? pembantu. Padahal ada cukup banyak barang di rumah saya, setiap kali saya pulang, saya perhatikan: tidak satupun yang hilang. Saya
Kita perlu mengekang diri, menolong orang lain dan mengatur segalanya dengan baik. Karena korban syukur, korban berbuat baik dan korban memberi bantuan adalah korban-korban yang diperkenan Tuhan.
(ringkasan khotbah ini belum diperiksa oleh pengkhotbah –El)
0 komentar