Mengekang Lidah (2)

15.11

Yakobus 3: 1-12
Yak.3 adalah satu-satunya pasal di Alkitab yang membahas satu perkara: lidah secara panjang lebar. Bisakah kita menyetujui, tidak ada satu anggota tubuh yang lebih besar pengaruhnya dari lidah? Ay.1: Jangan menjadi guru yang mengajarkan sesuatu yang salah, karena guru akan dihakimi lebih berat dari orang lain. Selanjutnya, Yakobus memakai beberapa perumpamaan untuk melukiskan lidah. Minggu lalu kita sudah membahas: lidah adalah tanda dari kemahiran rohani seseorang. Jika seorang tak mampu menahan lidahnya, dia akan menjadi sumber malapetaka bagi masyarakat. Karena satu kalimat yang benar dapat membangun iman, memberi pengharapan dan cinta kasih, tapi satu kalimat yang tidak benar bisa merusak relasi, keharmonisan yang ada. Hal itu berlaku baik di politik, rumah tangga, bahkan persahabatan pribadi. Beberapa tahun ini, kita menyaksikan para politikus yang tidak pandai menggunakan lidahnya, mengakibatkan ketegangan antar bangsa. Habibie pernah mengatakan “Apa itu Singapura? Hanya satu titik merah di atas peta” mengakibatkan hubungan Indonesia-Singapura memburuk, perlu mengeluarkan begitu banyak uang, tenaga, pikiran untuk meluruskannya. Maka mengucapkan kata-kata yang bernada mengumpat, menfitnah, mengkritik, melecehkan itu mudah, tapi untuk menariknya kembali itu tidak mudah. Banyak kali kita hidup berdasarkan perasaan, orang yang perasaannya terluka akan memusuhi orang yang dia anggap telah melukainya, dan rusaklah relasi yang tadinya harmonis, itu sebabnya kita perlu hati-hati dalam berbicara. Jika bicara kita tidak didasarkan pada pikiran yang sehat, hanya sekadar mencetuskan nafsu kita lewat lidah, kita menebar kebencian bahkan menyulut peperangan. Kalimat yang didasarkan pada keputusan yang salah, plus memaksa orang taat pada kuasa yang dia miliki, bahkan mendatangkan malapetaka yang sangat besar. Mengapa Hitler kalah? Sebenarnya negara pertama yang mengetahui rahasia membuat bom atom adalah Jerman. Karena Albert Einstein dan orang-orang yang pikirannya secermerlang dia berada di Jerman. Tapi karena Hitler mengambil keputusan yang salah, Jerman harus mengalami kehancuran. Jendral Gorrin mengusulkan untuk menyerang ke bagian barat yaitu Prancis, tetapi Hitler justru memerintahkan untuk ke Timur, karena menurut perkiraannya, orang-orang Soviet yang tidak puas akan pemerintahan Moskow akan membantu dia. Waktu saya berkotbah di Kiev, Ukraina, Belarusia, mereka memberitahu saya saat Hitler beserta tentara Jerman datang ke Uni Soviet, orang Soviet mengharapkan mereka membantu rakyat di Ukraina, Belarusia, Kazaktan, yang dipaksa bergabung oleh Soviet untuk menghancurkan Moskow. Maka mereka membantu tentara Jerman. Tapi lambat laun, timbul pemberontakan besar terhadap Hitler, maka akhirnya tentara Jerman mengalami kekalahan total di Rusia, mereka harus mengikuti jejak Napoleon yang mundur dari Moskow pada tahun 1812. Contoh lain: bulan Desember 1989, Ceaucescu, Presiden Romania itu harus mati, apa sebabnya? Dia seorang dikator komunis, sudah menyiapkan segalanya. Membangun satu istana presiden yang begitu besar dan megah, di bawah istana dibuat jalan yang menuju ke pelabuhan dan airport. Di atap istana juga dibangun Helipad, sehingga jika terjadi revolusi, dia dapat melarikan diri. Di depan istana dibangun the Victory of Socialism Boulevard. Untuk itu, bangunan-bangunan di sisi jalan termasuk 13 buah gedung gereja harus dirobohkan. Saat dia pulang dari Cekoslowakia, dia berpidato pada puluhan ribu orang, biasanya orang komunis meresponi pidatonya dengan: Yes, Long Life…… Tapi kali itu, semua orang mengkritik dia, pemberontakan-pun tak bisa lagi dibendung. Dia segera memerintahkan helikopter untuk datang, semua orang penting dalam kabinetnya diajak naik helikopter. Walaupun pilotnya mengatakan muatan sudah melebihi kapasitas, jangan ada yang naik lagi. Dia tak mau tahu, tetap menyuruh dua orang yang sangat setia padanya untuk naik. Karena kelebihan ratusan kilo, helikopter terbang rendah dengan kecepatan yang sangat lambat, dan dipaksa turun oleh pemberontak. Dia dan nyonyanya ditangkap dan dijebloskan ke penjara. Pada tanggal 25 Desember, mereka dieksekusi dengan diberondong oleh lebih dari 16 orang bawahannya yang sangat membencinya. Lidahnya telah menjadi pengutara dari keputusan yang salah dan kecongkakan hatinya, membawanya pada kematian. Coba renungkan, mengapa kau memusuhi seseorang? Mengapa terjadi perselisihan di gereja? Mengapa suami isteri bertengkar? Anak-anak tidak menghormati kita? Jawabannya hanya satu, lidahmu pernah mengucapkan kata-kata yang tidak beres. Jadi pengajaran yang kita dapatkan hari ini sangat penting: lidah yang tak dikontrol, yang terlalu cepat berkata-kata, mengacaukan segalanya. Di seluruh Kitab Suci, tak ada bagian yang membahas soal mengontrol lidah lebih tegas dari bagian ini. Mimbar yang kotbahnya tidak karuan, disebabkan oleh lidah yang tidak dikendalikan kebenaran. Pemuda-pemudi rusak, karena papa mamanya, gurunya memberi pengajaran yang salah. Mengapa orang luar menilai bangsa Indonesia sebagai bangsa yang selalu membuat kerusuhan, iri, membakar milik orang lain dan sebagainya, padahal orang yang pernah datang ke Indonesia, pernah bergaul dengan orang Indonesia, tahu: bangsa Indonesia adalah bangsa yang ramah, berkebudayaan tinggi, suka damai? Karena dihasut oleh orang yang tidak mengendalikan lidahnya. Ay. 2:How to be a perfect man? Tidak gampang, bukan? Karena perlu ditinjau dari keseluruhan hidupnya: benar-benar tidak terdapat cacat cela, tapi kata Yakobus, cukup ditinjau dari satu perkara: mengendalikan lidah. Karena tidak ada anggota tubuh kita yang lebih berbahaya dari lidah: mata yang salah melihat juga mendatangkan malapetaka: Daud melihat Betsyeba yang sedang mandi, hidupnya menjadi rusak. Telinga yang salah mendengar, juga bisa berbahaya. Tapi lidah mendatangkan bahaya yang lebih konkret dan lebih menakutkan. Itu sebabnya, jika kau berhasil mengendalikan lidahmu; tak bersalah dalam kata-katamu, kau adalah orang yang sempurna, kau bisa mengendalikan seluruh tubuhmu, bahkan mengontrol seluruh masyarakat. Orang yang tak mampu menguasai diri, tak mungkin menjadi pemimpin yang baik. Yakobus menggunakan perumpamaan-perumpamaan untuk melukiskan lidah kita: 1. Kuda dan kekang, dengan memasang kekang di mulutnya, kuda dapat menuruti kehendak penunggang kuda. Tuhan menebus kita, karena Dia mau memakai kita, menyatakan kehendakNya dalam hidup kita, mencapai tujuan kita hidup di dunia. Dalam hidup kuda ada 2 hal yang paling penting, kakinya dipasang tapal kuda, agar dia bisa menempuh perjalanan yang jauh tanpa terluka. Mulutnya dipasangi kekang, agar dia bisa mematuhi kehendak majikannya. Perumpaan ini mengindikasikan: kita perlu mengekang lidah. Kuda adalah alat transportasi yang paling penting, juga menjadi alat perang yang paling menolong dalam sejarah manusia. Sampai abad 19, manusia baru menggunakan mesin untuk menjalankan kereta api, mobil, mesin pesawat…… tapi sebelumnya transportasi yang membantu manusia untuk dapat bepergian kemana-mana dengan cepat adalah: kuda. Masalahnya hanya satu, bagaimana mengontrol si kuda. Dan pengontrolan atas kuda tergantung satu hal: kekang yang dipasang di mulutnya, begitu juga hidup kita, hal pertama yang harus kita kekang adalah lidah. 2. Kapal dan kemudi, pada saat manusia belum menemukan mesin, kapal berlayar dengan menggunakan tenaga angin, tapi perlu dikendalikan oleh kemudi yang amat kecil, agar kapal melaju seturut kehendak juru mudi. Dimanakah kemudi diletakkan? Di buritan. Saat kau memutar kemudi, kapalpun berbelok. Meskipun kemudi itu kecil, dialah yang mengendalikan kapal yang besar. Titanic tenggelam, karena mereka terlambat memutar kemudinya. Saat Titanic melakukan pelayaran perdananya dari Inggris ke New York, surat kabar Times, mengomentarinya sebagai kapal terbesar yang pernah ada di sejarah manusia, bisa menampung ribuan orang, belum lagi fasilitasnya: kamarnya mewah bagai kamar hotel berbintang lima, ada pentas drama, kolam renang, arena berdansa yang besar luar biasa… dijuluki sebagai unsinkable ship. Tapi dua hari kemudian, mereka menerima telegram yang mengabari kapal itu tenggelam. Karena di tengah samudera Atlantik, mereka menemukan, gunung es yang besar mengarah ke kapal itu, mereka tak sempat memutar kemudinya, lalu menabrak gunung es, merekapun menemui ajalnya. Contoh kedua ini mengingatkan kita: lidah menentukan arah hidup kita, kita harus menggunakannya dengan hati-hati, mengatakan kata-kata yang benar. Karena lidah yang kecil ini dapat mengucapkan kata-kata yang tidak bertanggung jawab, membual, berbohong, … perlu dikendalikan. 3. Api dan Hutan . Kita semua tentu tidak asing lagi dengan kebakaran yang menghanguskan hutan luas di California, Australia, Eropa,… awalnya mungkin hanya seorang membuang puntung rokoknya ke tumpukan rumput kering, tanpa dia sadari, puntung rokok itu berubah menjadi bunga api yang membersar, menelan ratusan bahkan ribuan hektar hutan, mengakibatkan malapetaka nasional, orang perlu menyemprotkan bahan pemadam kebakaran dari pesawat sampai berbulan-bulan baru berhasil memadamkannya. Saat dia melempar puntung rokok, memang sangat mudah, tak perlu menggunakan tenaga atau modal, tapi untuk mengembalikan hutan yang hijau butuh waktu puluhan tahun. Kalau kita memperhatikan soal pemeliharaan lingkungan, kita tahu, setiap detik ada lebih dari 10 hektar hutan terbakar. Jika tidak membuat rencana yang menyeluruh untuk membenahinya, 10 tahun yang akan datang, hutan yang tidak teratur dan bencana banjir yang sangat menakutkan pasti menelan banyak korban. Di zaman Mao Ze Dong, yang menganggap dirinya paling pintar, dia menebang begitu banyak hutan untuk bahan bangunan dan akibatnya, sekarang ini, setiap tahun ada 3 bulan kota Beijing diserang pasir yang berasal dari Gurun Pasir di Gobi, Mongolia, Ganshu, propinsi-propinsi yang berjarak lebih dari 1000 Km. Sudah diprediksi, puluhan tahun berikut, bencana alam pasti meningkat sampai puluhan kali lipat, kecuali manusia bertobat. Bukan pertobatan pribadi, melainkan pertobatan masal, semua orang ikut memperhatikan, memelihara alam. Kalau tidak, perkataan Stephen Hawking, ahli fisika yang terkemuka itu akan terealisir sebelum abad ke-21 berakhir, tak ada manusia yang hidup di bumi. Para ahli Oceanologi, meteorologi, Geologi, juga mengatakan hal yang sama. Karena manusia melupakan satu statement di Alkitab: Hai Adam, budidayakanlah, peliharalah taman ini--- Mandat Budaya. Ay. 5b-6, memberitahu kita kata-kata yang jahat, yang menghasut, menanam kebencian, menyulut peperangan,… berasal dari api neraka. Kalau kita tidak berhati-hati, saat kita mengucapkan sesuatu dengan sembarangan, tanpa kita sadari, dibalik kehendak kita terdapat kehendak setan yang mengacau. Kita tidak suka ditunggangi oleh orang lain, bukan? Ingat, saat hak kita diganggu dan kita marah, kita mengira bahwa kita sedang defend, padahal tanpa kita sadari, kita sedang offend. Baru terjadi di Paris, seorang pendeta mengatakan pada jemaat “Hari ini kita akan memberi persembahan khusus untuk membantu biaya perjalanan pendeta Anu yang sangat mahal” Niatnya baik, membantu, akibatnya: pendeta itu merasa tersinggung luar biasa, dia tidak berkata apa-apa. Tapi mulai hari itu, hubungan mereka tidak seharmonis dulu. Kalau saja dia berkata “ Mari kita memberi persembahan untuk pekerjaan Tuhan” mungkin tidak akan terjadi apa-apa. Karena perasaan yang berbicara dan yang mendengar berbeda: yang berbicara merasa dirinya penuh cinta kasih, tapi yang mendengar merasa dirinya terhina. When you defend yourself unconsiously, you offend others. Do you realize it? Kadang kita berkata, saya cuma ngomong begitu tok, tanpa kita sadari perasaan orang sudah kena ketok (terluka). Jadi sebelum berbicara, pikirkan dengan seksama akan perasaan orang, kendalikan lidah dengan kebenaran, cinta kasih, pengertian, kesabaran. Jangan biarkan api neraka memercik ke hati kita, ke lidah, lalu membakar roda hidup: binasa. Di Amsal tertulis, lidah orang yang bijak adalah pohon hidup. Tetapi Yakobus mengatakan, lidah yang mengeluarkan kata-kata yang salah adalah api neraka yang menodai seluruh tubuh. Ay. 7, manusia berhasil menaklukkan buaya, ular, harimau, macan tutul,… segala binatang buas, hanya satu yang belum dia taklukkan: lidah. Di ay.9-12 terdapat 2 perumpamaan 4. Mata air . Mana mungkin mata air tawar mengeluarkan air asin? Karena sumber keduanya berbeda. Begitu juga mulut kita, kita perlu memutuskan untuk mengontrolnya. Saya harap, hari ini kita berjanji dengan mulut kita: hanya mengatakan kata-kata yang benar, yang membangun, yang sesuai dengan kehendak Tuhan. Tidak mengatakan sesuatu yang berlebih, yang tidak ada buktinya, yang tidak bermakna, yang menimbulkan rasa benci, yang membuat orang bermusuhan. Biar hari ini, kita betul-betul minta Tuhan menolong kita untuk memilih menjadi mata air yang memancarkan air asin, air pahit, atau air tawar? Mengapa ada orang yang setiap diajak bicara, kata-katanya selalu memberi dorongan, rasa hangat, pengharapan? Karena dia sudah berjanji dengan lidahnya. Mengapa ada orang yang setiap diajak bicara selalu membuatmu merasa ingin marah? Karena dia tak berjanji dengan lidahnya. Biarlah mulut kita mengeluarkan air yang menghilangkan rasa dahaga, yang menyembuhkan dengan mengatakan kebenaran, cinta kasih, perdamaian—menjadi berkat bagi orang. Mari kita membiasakan diri tidak banyak bicara apalagi mengatakan kata kata yang tidak benar, tidak membangun. 5. Pohon dan Buah . Mungkinkah pohon zaitun mengeluarkan buah lain? Tak mungkin. Tuhan Yesus berkata “dari buahnya kau tahu akan pohonnya” Karena buah menandakan pohon itu masih hidup, menandakan jenis pohonnya, menandakan kualitas pohonnya, menandakan musim. Seorang Belanda yang bernama Nelly de Watts, 40 tahun silam mengatakan pada saya “Stephen, saat saya berbicara dengan seseorang, tak sampai 5 menit, saya bisa tahu dia itu orang Kristen yang sejati atau bukan, juga tahu bagaimana saya melayani dia” Sejak itu saya mulai belajar memperhatikan setiap kalimat yang keluar dari mulut orang, akhirnya Tuhan melatih saya, saat menjawab pertanyaan, tak lebih dari 5 detik, saya tahu iman, keraguan dari orang yang mengajukan pertanyaan, buku atau pikiran apa yang mempengaruhi dirinya. Inilah yang disebut sensitive to know others words. Seperti peribahasa Prancis, kecuali kau bungkam, when you talk to others, at the same time, you are introducing yourself with your words. Kiranya Tuhan menolong kita menjadi orang yang berhati-hati, bertanggung jawab dan berbijaksana dalam berbicara. Mari kita berjanji di hadapan Tuhan: mulai hari ini kita mau mengendalikan lidah kita, mempersembahkan semua kata kata kita pada Tuhan, hanya mengatakan kata-kata yang penuh cinta kasih, bukan yang penuh kebencian, yang mendamaikan bukan yang memancing permusuhan, yang membangun bukan yang menjatuhkan, yang benar bukan yang sesat, yang suci bukan yang najis.
(ringkasan khotbah ini belum diperiksa oleh pengkhotbah---EL)

You Might Also Like

0 komentar

Popular Posts

Like us on Facebook

Flickr Images